7 HAL YANG HANYA DIALAMI OLEH GURU MUDA
Bagi sebagian fresh
graduate, bahkan yang
lulus dari fakultas kependidikan, menjadi guru bukanlah pilihan profesi utama.
Tak usah jauh-jauh mencari contoh, teman seangkatan saya di Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang jumlahnya hampir 500 orang, mungkin hanya 20
% nya yang menjadi guru, itupun kadang tidak sesuai dengan jurusan yang
diambilnya semasa kuliah. Bukan tanpa alasan, selain karena faktor gaji,
menemukan sekolah yang pas sesuai jurusan semasa kuliah faktanya bukanlah hal
mudah. Tidak sedikit teman saya sesama jurusan Bahasa Inggris yang
akhirnya menjadi guru PKN, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, bahkan guru SD,
karena lowongan menjadi guru bahasa Inggris susah didapat.
Karena menjadi guru adalah
kebahagiaan :)
Nah, bagi yang beruntung bisa menjadi guru sejak lulus kuliah
atau bahkan sebelum itu, menjadi guru di usia muda tentu bukan hal mudah. Saya
sendiri mulai pertama kali mengajar sejak usia 20 tahun ketika masih kuliah,
kala itu harus mengajar siswa SD-SMA di lembaga bimbingan belajar milik dosen
saya. Menjadi guru di usia muda, ketika teman-teman seusia saya banyak
berkiprah di perusahaan-perusahaan swasta dan BUMN dengan gaji puluhan kali
lipat dari gaji yang saya dapat, jenjang karier yang kian menanjak dan
seterusnya, adalah tantangan untuk keteguhan hati tetap memilih profesi ini.
Dan bagi semua yang memutuskan untuk
memilih profesi ini sebagai karier pertama dan utama sejak jadi fresh
graduate,pastinya
mengalami suka duka tersendiri yang susah dilupakan dan hanya bisa dirasakan
jika kita menjadi guru.
Beberapa hal
yang cuma bisa dirasakan oleh mereka yang memilih menjadi guru walau masih
muda, diantara banyaknya pilihan profesi lain yang lebih menggiurkan:
1. Menjadi guru
di usia muda berarti kita akan terlibat di hampir semua kegiatan sekolah. Mulai dari kepanitiaan karya wisata, classmeeting, upacara Hardiknas, persami,
penerimaan siswa baru bahkan sampai lomba Adi Wiyata. Nggak akan ada satupun
kegiatan yang terlewat tanpa kehadiran para guru muda yang (kata para senior)
masih bisa wara wiri kesana kemari. Ini sekaligus jadi ajang untuk
mengembangkan diri dan mencoba hal-hal baru yang mungkin belum pernah dilakukan
sebelumnya, secara tidak langsung melatih kemampuan berorganisasi juga.
Ketika membersamai para siswa melakukan kunjungan
industri ke salah satu stasiun televisi di Jawa Timur.
2. Banyak murid
yang terkadang ‘keceplosan’ memanggil Mbak, Mas atau Kak dibanding Pak/Bu. Ini
kadang jadi keseruan sekaligus keanehan tersendiri karena ketika para murid
terbiasa memanggil guru dengan Bapak atau Ibu guru tetapi ketika bertemu kita
malah menyapa dengan ‘Kak’. Sebenarnya ini bukan masalah berarti selama tidak
mengurangi wibawa di dalam kelas, karena perasaan dekat secara usia yang
dirasakan murid-murid juga bisa menjadi modal tersendiri bagi para guru muda
agar lebih mudah membaur dengan para siswa dan dekat dengan mereka.
statusnya guru dan murid, tapi perbedaan usia yang
tidak terlalu jauh membuat mereka merasa dekat :)
3. Perbedaan
mindset dan cara memandang sesuatu dengan para senior. Guru senior atau yang lebih
tua biasanya menang di pengalaman mengajar dan asam garam menghadapi aneka
tingkah laku siswa, sementara guru muda mengandalkan perbedaan usia yang tidak
terlalu jauh serta kemampuan IT dan update informasi dan tren terbaru di
kalangan siswa yang biasanya kurang diikuti oleh para guru senior.
4. Ketika hang
out dengan teman kampus atau teman-teman seusia, bakal sering dipanggil pakai
kata “Bu Guruu” atau “Pak Guruu” sambil ketawa-ketawa. Bukan karena profesi ini
lucu, tapi karena menjadi guru di usia muda adalah salah satu hal yang cukup
anti-mainstream belakangan ini. Apalagi kalau ‘sekedar’ jadi guru honorer alias
GTT.
5. Di
lingkungan tempat tinggal, pemuda yang jadi guru akan mendapat wibawa tersendiri. Para tetangga dan
sesepuh kampung biasanya respect sama pemuda yang mau jadi guru.
Tentu saja asal jadi guru yang baik dan bisa memberi contoh positif di
lingkungan.
6. Anti-galau. Usia muda biasanya rentan dengan
rasa galau karena ini itu. Tapi setidaknya menjadi guru akan meminimalisir
perasaan galau berlebih karena mau nggak mau menjadi guru berarti harus tampil
prima dan anti cemberut di depan kelas. Jadi kalau lagi galau entah karena apa,
pasti akan berusaha tetap tersenyum ceria. Apalagi kalau sudah bertemu dengan
para siswa dengan keceriaan mereka, dijamin obat galau yang manjur!
7. Gaya hidup
sederhana. Menjadi
guru honorer apalagi di kota kecil atau pelosok, tentu tidak menjanjikan
penghasilan yang wah. Ini juga yang membuat para guru akan terlihat ‘berbeda’
dari segi gaya hidup dan penampilan jika dibandingkan mereka yang bekerja di
perusahaan-perusahaan terkemuka. Walau sederhana, kesediaan untuk mengabdikan
diri bagi perbaikan pendidikan negeri ini tentu bukan hal yang sederhana.
Pasti para guru yang memulai karier
sejak masih muda, atau para pemuda yang sekarang memilih menjadi guru sedang
tersenyum membaca poin-poin diatas. Hehe. Setiap profesi tentu ada seni dan
suka duka nya, termasuk menjadi guru. Setidaknya 7 hal diatas mewakili apa yang
saya amati dan rasakan selama menjalani profesi ini. Bagaimana dengan bapak/ibu
guru sekalian? Adakah yang mengalaminya juga?
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar